BANNIQ.Id.Makassar. Ekspedisi Pelayaran Perahu Kuno Bugis Makassar, padewakang yang sejak abad ke 17 hingga 18 telah digunakan oleh pelaut Bugis Makassar berlayar hingga ke Marege(Australia) memburu mutiara dan telur ikan terbang, dan para pelaut tersebut juga berdasarkan sejarah menjadi penyiar agama Islam untuk masyarakat Oborigin yang merupakan penduduk asli Australia.
Untuk merefleksi Ketangguhan perahu padewakang mengarungi samudra hingga ke Australia yang hanya mengandalkan kekuatan layar tanpa mesin tersebut, Yayasan Pendidikan Australia, Abu Hanifah Institut memesan Perahu Padewakang dan diminta untuk dilayarkan ke Australia sesuai elemen asli perahu padewakang, seperti layar dari daun lanu(bhs:Mandar); “Gebang”(bhs:Ind) , juga gerabah untuk makan minum selama di perahu para awak seperti juga yang digunakan nenek Moyang Bugis Makassar sewaktu Berlayar hingga ke Australia.
Salah satu yang menjadi bahagian penting dari Ekpspedisi ini, selain para pelaut tangguh dari Bulukumba,tempat dimana perahu ini dibuat selama kurang lebih 5 bulan, tepatnya di tanah beru Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba,tanah Panrita lopi, adalah antroplog Maritim Jerman Horst Liebiner,yang telah puluhan tahun melakukan riset maritim di Sulawesi Selatan dan Barat, juga Ada Muhammad Ridwan Alimuddin, Penulis Budaya Maritim Mandar yang telah menerbitkan beberapa buku tentang sejarah budaya maritim Mandar.
” Perahu padewakang yang dibuat oleh ahli perahu di Tanah Beru Bulukumba, Dipesan oleh Abu Hanifah Institut,salah satu yayasan pendidikan di Australia, dengan ukuran Panjang 14.50 M, lebar 4.20 M, Tinggi 2 Meter dengan bahan kayu campuran,” Jelas Ridwan belum lama ini,sebelum memulai pelayaran ke Australia.
Yang menjadi daya tarik dan keunikan dari perahu ini, karena tidak menggunakan mesin, dan hanya mengandalkan kekuatan layar dari anyaman daun gebang yang di datangkan dari salah satu kampung di Polman yakni Kampung lanu ( gebang).
” Ekspedisi Perahu Padewakang ini, tidak menggunakan mesin,orisinil sesuai aslinya yang digunakan nenek moyang Suku Bugis Makassar waktu berlayar ke Australia, hanya layar dari daun gebang yang didatangkan dari salah satu kampung pengrajin anyaman daun gebang di Polman,kita hanya membawa cadangan layar sintetis( plastik) jika layar daun gebang rusak sebelum tiba di Australia, kita juga menggunakan gerabah untuk makan dan minum selama di perahu,kita juga bawa rempah-rempah seperti bawang untuk bahan pelengkap masakan selama di Perahu,” Paparnya.
Pelayaran perahu padewakang sendiri sebut Ridwan, sesuai rencana akan ditempuh selama sebulan pada kondisi normal.
” Insya Allah jika tidak ada halangan kita akan berlayar selama sebelum ke Australia bersama Perahu Padewakang,” Pungkasnya.
Adapung tim yang terlibat dalam ekspedisi pelayaran ini: 1.Horst Liebiner (Antrapolog Maritim),2. Ridwan Alimuddin( Penulis Budaya Maritim Mandar,3.Anton Dg Tompo,(awak),4. Anas Dg Nyarrang,5.Basir,6.Abd.Muis,7.Anas,8.Dg Sewang,8.Fino,9.Naba,10.Guswan dan,11.Fino.|asdar–