BANNIQ.Id.Mamuju.Kain tenun ikat sekomandi yang menjadi ikon Wisata budaya bagi Kabupaten Mamuju, dari tahun ke tahun kian diminati bukan saja masyarakat Lokal Mamuju, ataupun masyarakat Sulbar, tetapi Wisatawan yang berkunjung ke Bali dan Toraja pasti sudah pernah melihat bahkan telah memiliki kain tenun khas yang konon merupakan Tenun ikat tertua di Nusantara.
Kain tenun ikat Sekomandi yang memiliki keunikan dari segi motif dan pewarnaan yang bersumber dari bahan-bahan yang bersumber dari alam..bukan menggunakan pewarna yang berbahan kimia, bahkan ada motif yang bahan warnanya dari lumpur sawah.
” Proses pembuatan kain tenun Sekomandi ini waktunya agak lama.bisa sampai sebulan atau lebih tergantung motifnya, karena bahan pewarna yang digunakan bersumber dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di alam bebas, dan yang paling rumit dan lama tenunannya adalah motif ulu karua,” Terang Pemilik Pusat Kerajinan Tenun Sekomandi Mamuju, Bungalia saat Fam Trip Wisata Marasa Sulbar berkunjung ke Galerinya,belum lama ini.
Menjadi manajer bagi perajin tenun Sekomandi yang sudah puluhan tahun diguti Bunga Lia, ada berbagai cerita dibalik pengembangan usaha pembuatan kain tenun Sekomandi yang bisa menjadi bahan untuk busana seperti Rok..Baju maupun Sal yang memikat dengan warna-warna yang jreng.
” Kami pernah mengirim ke Bali beberapa tahun, namun karena ada kain tenun yang hampir sama dari NTT yang juga dipasarkan di Bali, sehingga kain tenun Sekomandi yang kita punya tersisihkan, sehingga kami tidak lagi memasarkan ke sana, tapi sekarang yang menjadi daerah pemasaran,selain di Mamuju kita juga memasarkan ke Toraja,” Timpalnya.
Pemasaran ke Toraja cukup bagus dan diminati banyak pengunjung yang datang ke Toraja ataupun Toraja Utara,Namun pada saat Pandemi omset penjualan menurun.
” Akibat Pandemi Covid 19 kami sangat merasakan dampaknya, karena pengunjung Atau wisatawan jarang ada yang berkunjung ke Tempat Wisata dimana ada dipasarkan kian tenun Sekomandi seperti di Toraja dan Toraja Utara, omset menurun dari biasanya,”Timpalnya.
Meskipun sedih sebagaimana tergambar di wajahnya mengingat Efek usaha yang dirasakan karena Pandemi, namun Bungalia tetap tegar untuk memerintahkan stafnya untuk terus membuat kain tenun Sekomandi.
” Penenun di sini awalnya berjumlah 10 orang namun karena Pandemi Covid omset Penjualan menurun, akhiirnya kami mengurangi dan memulangkan ke kampung karena jika kami pertahankan pasti kami tidak bisa membayar upah mereka,” Timpalnya.
Meskipun demikian Wanita berperawakan mungil ini, tetap menggelorakan semangat kepada penenunnya untuk tetap memetik Kapas yang ditanam di Samping Galerinya, kemudian dipintal menjadi benang lalu diolah menjadi tenun ikat.
” Meskipun Pandemi, tapi kita tdak bisa tinggal diam kita tetap eksis untuk menenun meskipun dengan penenun yang tinggal dua orang, kami siasati saja karena ini tidak bisa hentikan,” Ujarnya.
Dan yang menjadi kekuatan selain semangat untuk berkarya, Bungalia juga berterima kasih atas kepedulian pemerintah dengan memberi sumbangan pembinaan dari Pemprov Sulbar melalui Dinas Koperindag Sulbar.
” Sedikit menambah energi kami, karena ada bantuan dari Pemprov Sulbar berupa uang pembinaan karena pandemi, senilai Rp.7 juta Rupiah,” Pungkasnya.|asd