KHAZANAH SEJARAH:
KESEIMBANGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT (2)
by Ahmad M. Sewang
BANNIQ.Id.Opini.|Baru saja saya menerima pesan dari seorang pengamat sosial senior, Prof. Dr. Anwar Arifin bahwa salah satu faktor penyebab kemunduran umat Islam karena mereka terlalu pokus pada masalah akhirat. Menurut pengamatannya sebagai pengurus Masjid al-Markaz al-Islami, “Para mubalig juga lebih banyak materi ceramahnya tentang akhirat dan mereka kurang bicara tentang kehidupan di dunia. Akhirnya, dunia dikuasai non-muslim,” katanya lewat telepon. Padahal umat tetap perlu memelihara keseimbangan antara kepentingan hidup di dunia dan di akhirat. Bahkan sekalipun amalan akhirat hendaknya dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah saw., tidak bisa dilakukan secara berlebihan. Dalam hubunga ini, disebutkan pada sebuah hadis,
عَنْ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قال: جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا، فَقَالُوا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: (أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي).
Dari Anas bin Malik r.a berkata, telah datang tiga orang, ke rumah isteri Nabi saw. Mereka bertanya tentang ibadah Nabi saw. Setelah diberitahu, seakan mereka menganggap ibadah mereka belum ada artinya dibanding dengan Nabi saw. Mereka mempertanyakan, “di mana posisi ibadah kami dibanding dengan Nabi saw. Sementara Nabi telah diampuni dosanya terdahulu dan terakhir. Salah seorang di antara mereka berkata, “Ada pun saya, akan salat sepanjang malam.” Sedang yang lainnya berkata, “Saya akan puasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka,” dan yang satu lagi berkata, “Saya akan membujang dan tidak akan kawin selamanya.” Maka datanglah Rasulullah saw. dan berkata kepada mereka, “Kalian telah berkata begini dan begitu. Adapun saya lebih takut dan lebih takwa pada-Nya. Akan tetapi, saya puasa dan saya berbuka, dan saya salat dan saya pun tidur, serta saya pun kawin dengan perempuan. Barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.”
Sunah Nabi mengajarkan, tidak boleh berlebihan dalam meraih kebahagiaan akhirat. Orang yang berlebihan dalam bahasa Arab disebut al-Guluw atau ekstrim. Dalam hadis nabi disebutkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ ؛ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدين.
Hai sekalian manusia, hindarilah berlebih-lebihan dalam beragama. Sesungguhnya, telah hancur orang-orang sebelum kalian karena mereka berlebihan dalam beragama.
KESIMPULAN
Setiap muslim, hendaknya selalu memelihara keseimbangan dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seperti dalam ungkapan Umar bin Khattab r.a.
ليس خيركم من ترك دنياه لآخرته
ليس خيركم من ترك آخرته لدنياه
وإنما خيركم من جَمَعَ بينهما
Bukan suatu kebaikan bagi kalian, orang yang meninggalkan kepentingan dunianya untuk kepentingan akhiratnya. Sebaliknya, bukan suatu kebaikan bagi kalian, orang yang meninggalkan akhiratnya untuk kepentingan dunianya. Hanya saja yang terbaik bagi kalian adalah orang yang bisa menghimpun keduanya.
Ibadah puasa yang sedang diamalkan bulan ini, harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. tidak boleh diamalkan secara berlebihan sehingga terjadi derita bagi orang yang berpuasa sendiri. Lebih konyol lagi jika dianggap lebih menderita dalam beribadah lebih berpahala. Pandangan demikian, sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bacalah kembali sunah Nabi saw. di atas bahkan Nabi saw. melarang puasa wisal (bersambung) serta memerintahkan mempercepat berbuka dan memperlambat makan sahur, dimaksudkan untuk menghindari derita lapar terlalu lama atau menghindari pangamalan ibadah secara berlebihan.
(Makassar,19 Ramadan1442/ 30 April 2021M)