BANNIQ.Id. Mamuju. – Kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kilogram, yang sering dijuluki, kembali menimbulkan keresahan di kalangan warga Mamuju.
Antrean panjang pembeli terlihat di salah satu pangkalan di Jalan Abdul Malik Pattana Endeng, tepat di depan kantor BPK Sulawesi Barat, pada Sabtu (11/10/2025). Situasi ini menunjukkan masalah distribusi energi yang belum terselesaikan di ibu kota Sulawesi Barat tersebut.
Warga, didominasi oleh ibu rumah tangga dan pelaku usaha kecil, terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam demi mendapatkan satu tabung gas. Salah seorang warga, Unni, mengungkapkan bahwa ia sudah mulai mengantre sejak siang hari.
“Sejak jam 12 siang saya sudah antre. Sore baru dapat,” ungkap Unni yang sehari-hari membutuhkan gas untuk keperluan rumah tangganya.
Menurut Unni, kelangkaan gas melon ini bukan lagi kejadian langka, melainkan masalah berulang yang sudah menjadi “hal biasa” di Mamuju. Ia menyampaikan kekecewaannya terhadap sistem distribusi yang dinilainya tidak merata dan tidak efektif.
“Kenapa di Makassar yang penduduknya jauh lebih banyak tidak pernah ada berita kelangkaan? Sementara Mamuju, yang belum jadi kota besar, justru kesulitan gas,” keluhnya.
Warga merasa terancam kehabisan pasokan jika tidak bersedia meluangkan waktu berjam-jam untuk mengantre. Kelangkaan ini dikhawatirkan akan memicu kenaikan harga di tingkat pengecer dan semakin membebani ekonomi masyarakat kecil.
Masyarakat mendesak adanya tindakan nyata dari pemangku kepentingan untuk menuntaskan masalah krusial ini. Unni secara khusus berharap agar Pemerintah Daerah dan PT Pertamina (Persero) segera melakukan evaluasi mendalam terhadap mekanisme distribusi gas bersubsidi di Mamuju.
“Semoga pemerintah dan Pertamina bisa turun langsung dan cek kenapa ini bisa terus terjadi,” harapnya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi maupun tanggapan dari pihak terkait, baik dari dinas yang membidangi perdagangan dan energi di Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, maupun dari perwakilan Pertamina.
Laporan :Muh. Irham