BANNIQ.Id. Mamuju.– Sulawesi Barat mengukir prestasi, dengan sukses menurunkan angka stunting. Dimana baru-baru ini pemerintah pusat merilis data, yang menunjukkan data 15 provinsi di Indonesia yang prevalensi stuntingnya meningkat.
Sedangkan 19 Provinsi lainnya berkontribusi menekan angka Stunting di Indonesia, termasuk Sulbar dengan penurunan dari angka 35.0 persen pada 2022 menjadi 30.03 persen pada tahun 2023.
Turunnya angka Stunting di Sulawesi Barat ini tidak lepas dari peranan Kepolisian Daerah (Polda) dan Bhayangkari Polda Sulawesi Barat.
Pertama kali menjabat sebagai Kapolda Sulbar, sosok Irjen Pol Adang Ginanjar langsung meluncurkan aplikasi Si Centing Siamasei yang merupakan aplikasi pertama di Indonesia, sebuah sistem aplikasi digital untuk mendeteksi titik-titik stunting dan menghubungkannya dengan Rumah Sakit Bhayangkara Sulawesi Barat.
Aplikasi ini adalah sarana memudahkan akses masyarakat dengan bantuan kesehatan, khususnya rumah sakit milik Polri.
“Aplikasi Si Centing Siamase ini merupakan salah satu upaya Polda Sulbar dalam ikut serta menurunkan angka stunting di wilayah ini,” kata Adang Ginanjar,Sabtu 23 Maret 2024.
Kapolda menyebutkan, Aplikasi Si Centing Siamasei pada dasarnya dapat memberikan petunjuk yang jelas bagi ibu-ibu dan keluarga tentang status bayinya dan tindakan apa yang bisa dilakukan.
“Ibu-ibu yang anaknya terindikasi stunting akan dibimbing untuk mengikuti program hospital parenting stunting. Kemudian rumah sakit akan memberikan pelayanan holistik secara keseluruhan mulai dari pemeriksaan kesehatan, pengobatan, terapi, pemberian makanan tambahan bahkan pemberian santunan bagi keluarganya jika dirasa perlu,” Ucap Kapolda.
Kapolda Sulbar juga di setiap kunjungannya kerjanya, selalu menekankan tentang upaya penanganan stunting mulai tingkat polda dan polres jajaran untuk kerjasama antara kepolisian dengan pemerintah daerah, termasuk Gubernur, Bupati, dan Dandim, dalam melaksanakan program penurunan angka stunting ini.
“Stunting di Sulbar cukup tinggi dan dengan kita bersama-sama bersinergi baik forkopimda provinsi dan daerah masalah stunting bisa kita tekan,” tutur Kapolda.
Menurut Kapolda, langkah untuk mengurangi angka stunting di wilayah Sulawesi-barat yang efektif harus dengan keroyokan atau melalui kerja sama semua unsur stakeholder yang ada, dan meningkatkan pemberian gizi pada anak-anak yang terkena stunting.
“Polda Sulbar sendiri lewat para bhabinkamtibmas di latih sebagai tenaga bantuan medis untuk membantu tenaga medis yang jumlahnya terbatas,” Ungkap Kapolda.
Bukan hanya Polda, lewat Pengurus Daerah (PD) Bhayangkari Sulbar sendiri juga fokus pada pangan olahan kebutuhan medis untuk menekan angka stunting
Ketua Bhayangkari Polda Sulbar Miranti Adang bersama jajaran Bhayangkari terus melancarkan inovasi kreatif untuk menekan angka stunting melalui upaya penekanan pada intervensi spesifik. Dimana salah satu upaya atau inovasi yang dilakukan adalah memaksimalkan pangan olahan kebutuhan medis
Sebagai mana diketahui, kata Miranti Adang stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.
“Cirinya bisa kita lihat pada kondisi fisik anak dimana panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional ditambah lagi tingkat kecerdasan anak tidak maksimal,” Ujar Miranti Adang
Lanjut dikatakan, untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan pada anak yang gagal tumbuh di Sulbar, pemberian pangan olahan kebutuhan medis khusus akan menjadi prioritas kami sebagai sala satu solusi yang efektif untuk penanganan stunting
“PD Bhayangkari terus memaksimalkan pemberdayaan pemberian pangan olahan untuk kebutuhan karena tanpa pangan olahan untuk kebutuhan medis khusus mustahil 1000 hari anak dapat diselamatkan dari bencana stunting,” Jelas Istri Kapolda Sulbar Miranti Adang.