BANNIQ.Id. Mamuju. Semangat penguatan literasi digital kembali menggelora di Kabupaten Bulukumba melalui kegiatan Pelatihan IN 2, bagian dari program Koding Kecerdasan Artifisial (KKA) SD2 se-Bulukumba. Kegiatan yang berlangsung di SDN 9 Bulukumba ini diikuti oleh 24 guru pilihan dari empat kecamatan: Ujung Bulu, Gantarang (Gangking), Rilau Ale, dan Bulukumpa.
Pelatihan dibuka secara resmi oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba, yang menegaskan pentingnya peran guru sebagai agen perubahan.
“Bapak Ibu di sini bukan peserta biasa. Anda adalah guru-guru terpilih. Pelatihan ini bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi momentum untuk belajar sungguh-sungguh, apalagi Anda mendapat ilmu langsung dari fasilitator nasional,” ujarnya.
Pelita AI: Cahaya Literasi Digital dari Bulukumba
Program Pelita AI hadir sebagai inisiatif untuk menyalakan semangat literasi digital di kalangan pendidik. Terinspirasi dari filosofi “cahaya yang menyalakan cahaya,” Pelita AI mendorong guru menjadi sumber inspirasi dan penggerak pembelajaran berbasis teknologi di sekolah masing-masing.
Dr. Muhammad Yusran dan Haeril: Fasilitator CodingMu, Penggerak Transformasi Digital
Dua fasilitator utama kegiatan ini adalah Dr. Muhammad Yusran, S.Kom., M.Kom., Gr., C.STP, C.ET, C.HL, C.H.Tech, C.MTr, C.LTQT, C.HNLPT, C.STT, C.MFT, C.AIT dan Haeril, S.Kom., yang keduanya merupakan Fasilitator CodingMu (LPD Anagata Academy).
Dr. Yusran, ASN Guru Informatika di SMAN 15 Bulukumba, dikenal sebagai penggerak inovasi pembelajaran berbasis teknologi dengan fokus pada Cyber Security, Internet of Things (IoT), dan Pembelajaran Digital Berkelanjutan.
Dari Satu Komputer Tua hingga Komunitas AI Kolaboratif
Perjuangan Dr. Yusran dimulai dari ruang kelas sederhana di pelosok Bulukumba. Dengan satu komputer tua dan semangat membara, ia bertekad mengubah cara belajar. Saat menjabat sebagai Kaprodi TKJ di SMK Pepabri Bulukumba, ia melihat langsung tantangan keterbatasan akses teknologi di kalangan siswa.
Dari sanalah lahir “Anvir SMK”, antivirus lokal yang ia kembangkan sendiri. Inovasi sederhana ini mendapat apresiasi dari Dinas Pendidikan dan membuktikan bahwa semangat dan kreativitas mampu melahirkan solusi nyata. Kini, dengan semangat yang sama, ia membangun komunitas AI kolaboratif untuk memperluas dampak literasi digital di berbagai jenjang pendidikan.
Bersama Haeril, S.Kom., keduanya menghadirkan sesi pelatihan yang aplikatif dan inspiratif, memperkenalkan konsep AI for Education, serta mengajak guru untuk berinovasi dalam pembelajaran berbasis kecerdasan buatan.
Komitmen mereka terhadap pendidikan digital juga diwujudkan melalui pengembangan tiga komunitas pembelajaran AI yang saling terhubung: SANDRO AI, PELITA AI, dan NAHKODA AI, yang menjadi ruang belajar kolaboratif bagi para pendidik di berbagai jenjang.
Testimoni Peserta: Inspirasi yang Menggerakkan
Hutriana, guru SDN 33 Barabba, menyampaikan,
“Saya merasa sangat beruntung bisa ikut pelatihan ini. Materinya membuka wawasan saya tentang pentingnya AI dalam dunia pendidikan.”
Sementara itu, Ambo Enre, guru SDN 237 Lembang, menambahkan,
“Pelita AI bukan hanya pelatihan, tapi gerakan. Saya pulang dengan semangat baru untuk membawa teknologi ke ruang kelas.”
Pesan Penutup: Guru Tidak Boleh Pelit Berbagi
Menutup kegiatan, Dr. Yusran berpesan,
“Jangan pernah pelit berbagi. Guru sejati tidak takut muridnya menjadi lebih hebat. Justru puncak kebanggaan seorang guru adalah ketika muridnya dapat melampaui dirinya.”
Kegiatan diakhiri dalam suasana keakraban dengan refleksi dan kebersamaan di pantai Bulukumba. Para peserta sepakat bahwa Pelita AI bukan sekadar pelatihan, melainkan gerakan untuk mencetak generasi pelita masa depan — generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap bersaing di era kecerdasan buatan./***



