BANNIQ.Id.Majene. Refleksi Perjunagan pembentukan Provinsi Sulbar dibawah Panji Komite Aksi Perjuangan Pembentukan (KAPP) Sulbar, yang dipanglimai Dr Rahmat Hasanuddin,MS,dinarasikan secara apik dalam sebuah buku yang berjudul ” Rahmat Hasanuddin, Kisah Panglima Tanpa Bintang”, ditulis oleh Abdul Samad, dan dieditori Adi Arwan Alimin, diterbitkan oleh Gerbang Visual, setebal 202 halaman, hari ini Selasa,29 Maret 2022, Buku ini diLaunching dan dibedah, di Aula LPMP Sulbar di Rangas Majene.
Launching dan Bedah buku ini, diselenggarakan oleh Civitas Akademika Unsulbar dipandu moderator Mujirin Yamin, mengesankan keharuan dan kesahajaan, pasalnya , pada saat bersamaan Sang Panglima KAPP Sulbar Rahmat Hasanuddin, berulang tahun(Harlah) yang ke 75 tahun.
Selain itu, rasa kasih dan haru terekam dari apresiasi undangan yang berasal dari berbagai kalangan, seperti Akademisi Budayawan,Mahasiswa, Pegiat seni,penulis dan Politisi. Dan acara ini kian Paripurna, ketika tokoh-tokoh Sulbar turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain Sekprov Dr.Muh.Idris yang mewakili Gubernur,Gubernur Sulbar periode 2006-2016,H.Anwar Adnan Saleh, Prof Basri Hasanuddin, Asisten III Jamil Barambangi, Istri dan anak Dr.Rahmat Hasanuddin, eksponen Pejuang Sulbar,Syahrir Hamdani,Naharuddin,Junaedi Latief,Watif Waris dan beberapa anggota laskar taji barani.
Melalui testimoninya, Sekprov Sulbar Muh.Idris DP yang mewakili Gubernur Sulbar HM Alibaal Masdar yang berhalangan hadir karena padatnya kegiatan, menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku ” Kisah Panglima Tanpa Bintang”. Kisah atau sejarah yang ternarasikan dalam buku tersebut kata Idris harus diketahui oleh generasi.
” Generasi tidak boleh lupa sejarah, generasi harus paham bagaimana Sulbar ini diperjuangkan oleh pejuang, untuk itu agar catatan sejarah dalam buku ini diketahui lebih luas oleh masyarakat terutama generasi muda, buku ini kita akan cetak kembali untuk digandakan 1000 eksamplar,” sebut Idris.
Ditambahkan, sebagai tokoh utama yang diulas dalam buku, Rahmat Hasanuddin Sebagai Panglima KAPP Sulbar, sangat layak menyandang frase panglima. Karena ada kriteria syarat untuk bisa diangkat jadi panglima, antara lain,kecerdasan di atas rata-rata, Keberanian dan kemampuan kolaborasi komponen pejuang dengan tokoh-tokoh di luar lembaga perjuangan.
” Ketiga kriteria ini dimiliki oleh Orang tua kita Rahmat Hasanuddin, dan karena kemampuan itulah beliau dan teman-teman pejuang lainnya dapat mewujudkan terbentuknya Provinsi Sulbar, yang tahun ini sudah berusia 18 tahun,” bebernya.
Penilaian lain terkait kelayakan Sulbar menjadi provinsi saat diperjuangkan belasan tahun lalu, disampaikan Prof.Dr Basri Hasanuddin, meskipun ia tidak menanggapi materi dari buku Kisah panglima tanpa bintang, namun kata mantan Dubes Iran tersebut diawal perjuangan senantiasa ia sampaikan bahwa Sulbar itu layak untuk menjadi satu provinsi.
” Saya secara pribadi tidak menanggapi materi dari buku ini, karena akan terkesan subyektif, karena yang dikisahkan adik saya, namun satu hal yang perlu saya sampaikan bahwa sejak awal perjuangan di beberapa kesempatan saya selalu menyampaikan bahwa Wilayah Mandar itu kaya potensi SDA, olehnya layak untuk jadi provinsi, sedangkan Timor-timur saja bisa jadi negara, kenapa Sulbar tidak bisa jadi provinsi,” Jelas Basri.
Kemudian selain perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar, cita-cita yang didorong bersamaan yakni pembentukan Universitas Sulawesi Barat, Rahmat juga gigih untuk mewujudkan pendirian perguruan tinggi di Sulbar.
” Orang tua kita pak Rahmat bukan saja tulus dan gigih dalam memperjuangkan terbentuknya Provinsi Sulbar, namun bersamaan dengan itu, perjuangan untuk membentuk Universitas Sulawesi Barat dengan mendirikan yayasan juga sangat total diperjuangkan oleh beliau bersama para tokoh lainnya, yang sebagaimana kita ketahui atas ketulusan hati beliau dalam berjuang kita telah bersulbar dan memiliki PTN yang bernama Unsulbar,” ujar Rektor Unsulbar Dr.Akhsan Djalaluddin, diiringi Isak tangis keharuan.
Apresiasi atas terwujudnya Sulbar dan Unsulbar juga disampaikan oleh Gubernur Sulbar periode 2006-2016 H.Anwar Adnan Saleh(AAS). Ia menyebut tiga bersaudara Prof Basri,Prof Makmun dan Dr Rahmat Hasanuddin,sebagai sahabat sejkaligus guru.
Bahwa kisah perjuangan yang diceritakan dalam buku,meskipun ia belum membaca seutuhnya, di matanya sosok Dr Rahmat HasAnuddin bukan hanya panglima tanp bintang tapi Dr.Rahmat Hasanuddin telah menabur banyak bintang atas perjuangan yang telah dilakukan bersama pejung lainnya.
” Meskipun saya baru baca buku ini, namun saya ingin mengatakan bahwa sahabat sekaligus guru saya Rahmat Hasanuddin bukan saja panglima tanpa bintang tapi beliu telah menabur banyak bintang atas terwujudnya Perjuangan pembentukan provinsi Sulbar,” jelas AAS.
AAS juga menyampaikan kesan luar bisa terhadap para pejuang Sulbar yang dinaungi KAPP Sulbar dimana Rahmat Hasanuddin sebagi Panglimanya. Kesan tersebut kata AAS Karen kemamuan mensejajarkan perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar dan Perjungn pembentukan Unsubar.
” Kesan saya juga terhadap para pejung Sulbar yakni kemampuan mensejajarkan Perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar dan perjuangan Pendirian Unsulbar ini sesuatu yang sangat luar biasa,” pungkas Ketua DPW Nasdem Sulbar ini.
Kemudian terkait beberapa buku yang menuliskan peran para tokoh kunci perjuangan pembentukan provinsi Sulbar, telah terbit beberapa buku yang disupport oleh yayasan merawat Sulbar yang diketuai oleh Eksponen Pejuang Sulbar H.Syahrir Hamdani. Dan kata anggota DPRD Sulbar ini, sejarah tentang tokoh-tokoh kunci Perjuangan pembentukan Sulbar akan terus dibukukan.
“Buku Kisah panglima tanpa bintang ini adalah salah satu bukundari beberapa buku seri sejarah perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar, dan kita akan terus membukukan peran para tokoh kunci perjuangan pembentukan provinsi Sulbar,sebagai sumber spirit bagi generasi muda yang tidak merasakan dan menyaksikan langsung perjuangan provinsi Sulbar,” jelas ketua Bapemperda DPRD Sulbar ini.
Dan penilaian khusus kepada Dr Rahmat Hasanuddin sebagai Panglima KAPP Sulbar oleh Syahrir Hamdani, sebagai sosok yang tidak menempatkan kehormatan dan harga dirinya pada jabatan.
” Sosok Rahmat Hasanuddin adalah sosok yang tidak pernah penempatan kehormatan dan harga dirinya pada jabatan,” pungkasnya.|samad