Jumat, Oktober 4, 2024

YAICI Cegah Stunting Melalui Perubahan Persepsi Masyarakat Terhadap Produk Minuman Instan

- Advertisement -

Ketua harian YAICI Arif Hidayat saat menyampaikan materi pada Diskusi Literasi Media Pencegahan Stunting(Phhoto: Banniq.id)

BANNIQ.Id. Mamuju. Berbagai langkah telah dilakukan untuk mempersiapkan Generasi Emas 2045. Hal ini perlu dilakukan agar ledakan penduduk yang diprediksi akan terjadi tahun 2045 dapat menjadi
generasi produktif yang dapat membangun Indonesia. Salah satu langkah strategis yang
perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi gizi masyarakat.

Hal ini diharapkan akan turut serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberikan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang anak, terutama pada masa 1000 Hari pertama Kehidupan (HPK).
Untuk mewujudkan tujuan bersama ini, partisipasi seluruh elemen masyarakat dibutuhkan
termasuk media sebagai penyambung informasi untuk masyarakat.

Untuk maksud tersebut, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), salah satu NGO yang berkantor Pusat di Tangsel ini menggelar diskusi media, sebagai Litearsi bersama membangun Edukasi masyarakat terhadap pentingnya Asupan gizi bagi anak, untuk mencegah terjadinya Stuntin, Jumat, 25 Agustus 2023 di Warkop ruang rindu Mamuju.



Ketua Harian YAICI Arif Hidayat, didampingi Satria dan Nila sebagai pemateri pada diskusi ini mengatakan, Kiprah YAICI terhadap upaya edukasi terhadap masyarakat dilakukan melalui riset ilmiah khususnya dalam hal pencegahan dan Penanganan stunting, hampir di seluruh Provinsi di Indonesia YAICI telah melakukan penelitian termasuk Provinsi Sulbar yang saat ini berlangsung.

” Kiprah YAICI dalam melakukan riset terkait kesadaran masyarakat akan pentingnya Asupan Gizi sebagai upaya mencegah Stunting, telah kami lakukan di hampir seluruh Provinsi di Indonesia, kecuali papua, teemasuk di Provinsi Sulbar yang saat ini berlangsung,” Jelas Arif hidayat.

Arif menyebut data Priavlensi Stunting Sulbar yang masih cukup tinggi yakni sekira 33.8% atau 479.669 anak, tentu angka ini perlu kolaborasi bersama untuk menurunkannya, dan yang patut dipahami terkait Stunting bahwa ada 3 hal yang pemicunya, yakni pola makan, pola asuh dan lingkungan.

Baca Juga >>   Kaban BPKPAD Mateng Ikuti Rakornas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah

Nah yang cukup berpengarug adalah pola makan yang selama ini masih bersepsi salah terhadap Satu hal minuman Kental Manis yang sesungguhnya bukan Susu tetapi gula atau sirup yang dibuat dengan Aroma susu.” harapan besar kita adalah merubah persepsi masyarakat terhadap minuan kental manis yang selama ini dipahami bahwa itu susu padahal itu lebih pada kandungan gula atau Sirup yang dibuat dengan aroma susu,” imbuh Arif.

Pentingnya perubahan persepsi itu karena selama ini lanjut Arif masyarakat kita terlanjur menganggap Kental manis itu adalah susu pada kandungan gulanya yang tinggi dan akan berdampak terhadap penyakit Gula, juga menurangi nafsu makan anak.

” Kami jalan dari kemarin, dan yang kami kunjungi semua penderita stunting, kami memberikan edukasi untuk merubah persepsi terhadap minuman kental manis ini, yang memang masih dipahami sebagai susu bahkan salah satu pejabat kesehatan yang kami temui juga baru sadar bahwa kental manis itu bukan susu,” sambung Arif.

Upaya YAICI untuk melakukan perubahan persepsi ini seara regulatif untuk Lembaga yang berwenang seperti BPOM dan Kemenkes juga sudah dilakukan melalui komunikasi dan diskusi terkait kandungan minuman kental tersebut, namun membuahkan hasil. ” Kami juga sudah menyampaikan kepada lembaga berwenang seperti BPOM dan Kemenkes untuk revisi terhadap kandungan minuman ini namun belum membuahkan hasil, namun demikian kami tetap akan terus melakukan eduksi ke masyarakat untuk merubah persepsi ini, ” ujar Nila Anggota YAICI yang juga jadi Pemateri.

Kemudian khusus untuk mengetahui titik penderita Stunting yang dialkukan selama ini oleh YAICI kata Satria pemateri lain dalam kegiatan ini, tidak berpatokan pada data yang sudah ada namu untuk faktualnya YAICI langsung turun ke titik sasasaran untuk mendeteksi adanya anak yang Stunting.

Baca Juga >>   Jika Diberi Amanah, Paslon Assami Bakal Tingkatkan Layanan Pendidikan dan Kesehatan yang Terjangkau dan Bermutu

” Jadi selama ini kami mendeteksi penderita stunting bukan merujuk pada data yang sudah ada, namun untuk valid dan faktualnya kami turun langsung ke titik dimana terindikasi adanya anak yang menderita Stunting,” pungkasnya.I***

BERITA TERKAIT

Berita Populer

Komentar Pembaca

error: