BANNIQ.Id. Mateng. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Balai POM Mamuju Gelar Forum Advokasi/Komitmen Pemerintah Daerah dan Lintas Sektor, Program Keamanan Pangan Terpadu Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD), Intervensi Pangan Jajanan Sekolah (PJAS), dan Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas (PPABK) Tahun 2023, Dalam Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Mamuju Tengah.
Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Hotel Amalia, Benteng Desa Tobadak Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Jum’at (17/03/23).
Kepada awak media Suliyanto, SH, MH., selaku Kepala Balai POM Mamuju mengatakan bahwa kegiatan rapat koordinasi bersama ini dengan lintas sektor yang ada di Mateng, dalam rangka program nasional terkait GKPD, PJAS dan PPABK.
“Hari ini kita laksanakan kegiatan untuk bersama sama berkomitmen, bersinergi dan berkolaborasi, kita bersama sama menggarap program ini,” ungkapnya.
Ia berharap agar pangan yang beredar di Mateng adalah pangan yang aman dan layak konsumsi oleh masyarakat yang nanti tentunya berpengaruh pada penurunan stunting.
Ditanya terkait penjual jajan takjil yang menjamur jelang bulan suci ramadhan.
“Kami Balai POM Mamuju bersama Dinkes, DInas Koperindag, Dinas Perikanan Mateng dan dinas lainnya melakukan instimigasi pengawasan pangan jelang idul fitri, apalagi di Mateng sudah ada SK Bupati terkait Tim Koordinasi Pengawasan Makanan tahun 2021,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa bulan depan Tim Koordinasi Pengawasan Makanan bersama Balai POM Mamuju akan turun ke lapangan dalam rangka dalam menjaga pangan di bulan suci ramadhan.
Ia melanjutkan untuk jajanan sekolah, pihaknya sudah melakukan Senyum, salam, sapa, semangat dan solusi (5 S) kontramini yang merupakan program sejak tahun 2020 yang melibatkan OPD terkait.
“Artinya OPD akan turun bersama Balai POM Mamuju, terlebih dinkes mateng, karena jajanan sekolah rata rata pangan jadi, dan kita akan mengawal pangan pangan itu agar aman,” bebernya.
Ia juga menjelaskan bahwa dari hasil riset untuk jajanan, tidak termasuk dalam penyebab stunting di Mateng.
Ditempat yang sama Litha Febriani, SE, M.Si., mengatakan bahwa di Mateng Pemerintah sudah melakukan 2 intervensi yakni spesifik dan sensitif.
“Bukan hanya Dinkes yang melakukan program tetapi dinas lain juga, seperti Dinas KB yang merupakan sekretariat penanganan stunting termasuk Kemenag Mateng dan Kades Se-Mateng,” jelas dia
Ia juga sebutkan bahwa dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), stunting di Mateng berada pada posisi 28,08%.
“Kita berharap tidak ada lagi angka stunting di mateng dan kedepannya angka stunting yang ada, dapat setiap tahunnya kita turunkan, karena kita bercita-cita, anak anak yang ada di Mateng menjadi generasi yang berkualitas,” pungkas Litha yang juga pemateri dalam kegiatan tersebut.
Perlu diketahui hadir pula sebagai pemateri I. Ketut Pber, S.Kep, Ners, MM, M.Kes.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut OPD terkait, Kepala Desa, tokoh masyarakat, peserta dan tamu undangan lainnya.
Penulis: Erik/****