Birokrasi dan Kejujuran

Facebook
WhatsApp
Twitter

BIROKRASI DAN KEJUJURAN

Oleh : Muslimin.M

(Alm) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) beberapa tahun yang lalu(waktu itu masih ketua umum PKB), menyatakan, para birokrat di Indonesia selama ini tidak jujur pada rakyat. Menurutnya, hal itulah yang menyebabkan krisis kepercayaan yang melanda bangsa Indonesia. “Antara pimpinan dan masyarakat tidak ada sambung rasa. Karena, biasanya birokrat-birokrat tidak jujur kepada rakyat,” ujar Gus Dur saat memberikan ceramah pada acara Majelis Silaturahim Ulama Rakyat Jawa Timur, di Masjid Sunan Ampel, Surabaya.(dikutip dari www.nu.or.id/10/3/25)

Beberapa hari yang lalu, saya di hubungi seorang senior yang sudah lama malang melintang di dunia birokrasi, baik di eksekutif, akademisi maupun di legislatif dan politisi. Dengan pengalaman panjang sang senior ini tentu tidak diragukan kapasitas dan integritasnya, apalagi belum pernah kita dengar ada kasus hukum yang menimpanya.

Dalam tulisan ini, tentu saya tidak mengulas sang senior tersebut, tetapi saya tertarik dengan gagasan nya tentang birokrasi dan kejujuran, dan pemberian penghargaan bagi para birokrat yang berkinerja jujur.

Apa itu kejujuran ?, dan seberapa penting kejujuran bagi seorang birokrat ?.

Definisi Kejujuran
Kejujuran adalah sikap atau perilaku yang mencerminkan kebenaran, keterbukaan, keotentikan dalam bertindak, berbicara dan berprilaku. Kejujuran merupakan salah satu nilai moral yang sangat dihargai dalam berbagai budaya dan sistem sosial, termasuk dalam dunia birokrasi.

Jika definisi diatas kita kaitkan dengan kondisi birokrasi kita saat ini, tentu akan ada pro-kontra dalam menyikapinya, tetapi saya masih percaya masih sangat banyak yang bertalenta jujur, berdedikasi yang tinggi pada tugas dan tanggung jawabnya. Dan model beginilah yang semestinya menjadi perhatian dan diberi ruang untuk menjadi pemimpin.

Saya teringat seorang kawan bercerita pada saya bahwa seorang birokrat yang jujur tidak hanya akan dihargai oleh atasannya, tetapi juga oleh rekan-rekannya, karena kejujurannya menciptakan ikatan kepercayaan yang sangat penting dalam lingkungan profesional. Kejujuran seorang birokrat akan berperan lebih besar dari sekadar hasil kerja yang luar biasa.

Saya lalu, bertanya ke dia, dengan kondisi saat ini, kira-kira masihkah ada birokrat yang jujur dalam birokrasi kita ?, dia terdiam sejak dan bercerita panjang lebar tentang apa yang dia amati selama ini, poin penting yang bisa saya garis bawahi dari penjelasan kawan ini adalah masih ada tetapi tidak banyak bahkan tersisih.

Betapa Kejujuran ini sangat penting dalam dunia kerja dan di saat yang sama justru menjadi langka dan bahkan asing.

Baca Juga >>  Bupati Majene Buka Kegiatan Lokmin di Kecamatan Ulumanda

Kejujuran bukan hanya tentang berbicara jujur, tetapi juga tentang tindakan yang mencerminkan nilai tersebut. Misalnya, seorang birokrat yang menyadari ada kesalahan dalam pekerjaannya dan dengan berani mengakui tanpa berusaha menyembunyikan atau mencari kambing hitam. Kejujuran seperti ini akan mendapatkan dua hal: pertama, kesempatan untuk memperbaiki diri, dan kedua, rasa hormat dari atasan dan kolega.

Kita kadang menganggap kejujuran adalah hal yg remeh remeh dan sederhana, menganggap bahwa kejujuran itu hanya soal berbicara yang benar, mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi. Padahal kejujuran lebih dari itu. Kejujuran adalah fondasi dari segala tindakan, dari setiap keputusan yang kita ambil, baik dalam hidup pribadi maupun dalam dunia kerja.

Saya sering menemukan kisah-kisah yang menyentuh hati tentang kejujuran. Misalnya, seorang pegawai yang mengakui kesalahan dalam pekerjaannya, meskipun ia tahu bahwa itu bisa membuatnya dihukum atau mendapat teguran keras.

Tetapi dia memilih untuk mengakui kesalahannya dengan jujur. Ia sadar bahwa kejujuran adalah langkah pertama untuk memperbaiki keadaan. Ia tidak mencari alasan atau menyalahkan orang lain. Justru dengan kejujuran, dia menunjukkan komitmennya untuk belajar dan memperbaiki diri.

Birokrat harus jujur

Dalam sebuah negara yang mengedepankan pemerintahan yang baik dan bersih, peran birokrat sangatlah penting. Birokrat adalah mereka yang bekerja di sektor publik, bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan memberikan layanan kepada masyarakat.

Meskipun dalam prakteknya, birokrasi menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah menjaga integritas dan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya. Kejujuran menjadi salah satu kunci utama agar birokrasi tidak jatuh pada perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dapat merusak citra pemerintah dan kepercayaan publik.

Kejujuran dalam birokrasi bukan hanya soal menghindari praktik korupsi, tetapi juga mencakup transparansi, akuntabilitas, dan komitmen untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Birokrat yang jujur akan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi atau kelompok. Ini penting sebab birokrasi yang bersih dan transparan akan meningkatkan kualitas layanan publik dan menciptakan hubungan yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat.

Sayangnya, menjaga kejujuran dalam birokrasi tidaklah mudah. Banyak faktor yang dapat menggoda birokrat untuk mengorbankan integritasnya :
Faktor 1, tekanan untuk memenuhi target untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu yang singkat, yang justru kadang dapat mendorong mereka untuk mengambil jalan pintas.

Baca Juga >>  Safari Ramadhan di Ulumanda, Pemkab Majene Perkuat Silaturrahim dan Ukhuwah Islamiyah

Faktor 2, rendahnya pengawasan, kurangnya pendidikan moral, dan adanya budaya “saling menutup mata” dalam lembaga-lembaga pemerintahan yang justru dapat mempermudah terjadinya penyimpangan.

Lalu, apa tantangannya ? Tantangan terbesarnya, sebetulnya datang dari dalam diri birokrat itu sendiri. Lingkungan kerja yang kompetitif dan adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi kadang membuat birokrat tergoda untuk tidak jujur. Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya, pemberian fasilitas dapat menjadi pemicu bagi mereka untuk mencari jalan pintas.

Hal penting nya bahwa dalam upaya meningkatkan kejujuran dalam birokrasi :
Pertama, pemerintah harus menyediakan sistem pengawasan yang ketat dan transparan. Pengawasan ini bukan hanya dilakukan oleh lembaga negara yang berwenang, tetapi juga melibatkan masyarakat sipil yang dapat memberikan laporan apabila terjadi penyimpangan.

Kedua, pendidikan karakter dan integritas juga sangat penting untuk membentuk mentalitas birokrat yang jujur. Program pelatihan yang menekankan pada etika, tanggung jawab, dan integritas perlu diterapkan sejak dini, baik di lembaga pendidikan maupun dalam pelatihan karir bagi pegawai negeri.

Kejujuran adalah fondasi utama dalam membangun birokrasi yang efektif dan efisien. Tanpa kejujuran, birokrasi hanya akan menjadi alat kekuasaan yang berisiko merugikan rakyat.

Karena itu menjaga kejujuran di kalangan birokrat bukan hanya tanggung jawab birokrat itu sendiri, tetapi juga tanggung jawab kolektif dari seluruh masyarakat dan pemerintah.

Dengan tekad yang kuat, komitmen untuk melayani dengan tulus, serta pengawasan yang transparan, birokrasi yang jujur dan bersih bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.

Max Weber, Sosiolog Jerman; birokrasi adalah bentuk organisasi yang paling rasional dan efisien. birokrasi yang ideal seharusnya dilaksanakan dengan transparansi dan integritas tinggi, dimana setiap birokrat bertindak sesuai dengan aturan yang ada tanpa adanya intervensi dari kepentingan pribadi atau kelompok. Kejujuran dalam birokrasi menurut Weber adalah kunci untuk memastikan bahwa fungsi-fungsi pemerintahan dapat berjalan dengan adil dan sesuai dengan tujuan umum.

Kejujuran dalam birokrasi bukan hanya soal menghindari korupsi, tetapi juga tentang membangun sistem dimana birokrat bekerja dengan transparans, akuntabilitas, dan dalam kepentingan masyarakat.

Birokrat yang jujur akan menciptakan pelayanan publik yang lebih baik yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan.

Karenanya sangat penting bagi pemerintah untuk memberikan reward dan penghargaan yang tinggi bagi para birokrat yang berkinerja jujur dan disampaikan secara terbuka semisal dilapangan saat upacara agar bisa menjadi motivasi bagi birokrat yang lain.

Informasi Lainnya

error: