BANNIQ.Id. Mamuju. – Camat Tapalang Barat, Jaharuddin, memberikan klarifikasi lengkap terkait viralnya sebuah video di media sosial yang menunjukkan seorang anak memvideokan ibu kandungnya, Ibu Dawia, sambil mengucapkan kata-kata yang dinilai tidak pantas. Video ini sempat menimbulkan kegaduhan, terutama di kalangan keluarga yang bersangkutan.
Menurut Camat Jaharuddin, anak yang membuat video tersebut mengaku tidak ada maksud untuk menyebarkannya ke media sosial. Ia membuat video tersebut karena merasa galau dan tertekan secara pikiran.
Penyebab utama kegalauan adalah ia merasa selama ini hanya dirinya sendiri yang merawat Ibu Dawia. Sementara itu, saudara-saudaranya yang lain memilih untuk pergi “mengadu nasib” atau merantau. Kondisi inilah yang memicu ketidakstabilan mental spiritual sang anak, yang kemudian berujung pada ucapan tidak pantas dalam video tersebut.
Video tersebut awalnya dikirimkan ke grup keluarganya, namun kemudian menjadi viral dan menimbulkan reaksi keras. Salah satu saudara yang bekerja sebagai TKW di Arab Saudi merasa keberatan dan salah paham, mengira orang tua mereka ditelantarkan.
Pemerintah setempat membantah keras tuduhan penelantaran, baik dari segi perawatan maupun kebutuhan pangan:
Pemerintah setempat menyatakan bahwa di rumahnya telah dibuatkan kamar khusus dengan lantai bambu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembersihan kotoran Ibu Dawia.
Camat Jaharuddin menegaskan bahwa jika memang ditelantarkan, tidak mungkin dibuatkan fasilitas khusus seperti kamar tersebut.
Pernyataan mengenai Ibu Dawia kelaparan juga dinyatakan tidak benar oleh Camat, mengingat Ibu Dawia secara rutin menerima dua jenis bantuan sosial:
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT): Senilai Rp200.000 per bulan.
Program Keluarga Harapan (PKH) kategori Lanjut Usia: Senilai Rp600.000 per tiga bulan.
Total Bantuan: Dalam tiga bulan, Ibu Dawia menerima total Rp1.200.000 (Rp600.000 dari BPNT dan Rp600.000 dari PKH), yang dinilai lebih dari cukup untuk kebutuhan pangan pribadinya.
Camat Tapalang Barat menyimpulkan bahwa seluruh kejadian ini berakar dari miskomunikasi antara anak-anak kandung Ibu Dawia, dipicu oleh kegalauan mental anak yang selama ini merawat. Tuduhan penelantaran dan kelaparan adalah salah tanggapan dari saudara yang merantau dan telah dibantah dengan bukti adanya fasilitas perawatan khusus dan penerimaan bantuan sosial yang memadai dari pemerintah daerah.



