BANNIQ.Id.Mamuju.Pandemi Covid 19 yang telah melanda negeri ini sejak sepuluh bulan terakhir, menimbulkan efek yang sangat luar biasa dalam sendi kehidupan masyarakat. Baik dampak atau efek secara psikologis yang mengharuskan masyarakat tidak beraktivitas di luar rumah demi mengikuti anjuran pemerintah agar virus Covid 19 tak menyebar secara luas( di masa awal Pandemi).
.
Selain dampka psikologis, dampak sosial.ekonomi juga sangat terasa, para pedagang mengalami penurunan omset, bahkan menderita kerugian besar yang berujung pada kebijakan untuk merumahkan karyawan, sebagai pilihan berat dan pahit yang harus ditempuh agar kerugian yang diderita dan ditanggung tidak semakin besar dan berat.
Di kalangan profesional juga tak pelak merasakan kejenuhan dan kebosanan atas situasi yang terbangun oleh Pandemi Covid 19. Seperti para guru dan muballig yang tidak bisa beraktivitas seperti masa sebelum Pandemi.
Namun di tengah kejenuhan karena situasi Pandemi Covid 19, ada saja tangan- tangan kreatif yang menghasilkan satu gerakan yang tidak saja berdampak pada dirinya tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Bahkan dengan kreativitas tersebut pundi-pundi Ekonomi mengalir di tengah situasi dimana ekonomi menjadi lumpuh.
Adalah Ibu Kasmariah seorang guru di Mamuju Sulawesi Barat selama pandemi covid-19 terdorong mengolah lahan kosong dibelakang rumahnya menjadi kebun mini. Meskipun dengan lahan ynag terbatas dan pengetahuan bercocok tanam sedanya Ia lalu menanam aneka jenis sayuran seperti sawi, tomat ceri dan tomat apel, cabai, terong dan kangkung.
” Sebetulnya saya tidak memiliki kemampuan ataupun keahlian bercocok tanam dengan baik, tapi dorongan kemauan yang kuat untuk melakukan kreativitas di tengah Pandemi,Alhamdulillah saya dan suami bisa melakukan hal ini,” Ujarnya pekan ini.
Kendati pengetahuannya tentang bercocok tanam sangat minim dia miliki Uniknya Ibu Kasmariah mengaku awam dengan ilmu pertanian, tapi keterbatasan itu tidak membuatnya kendur untuk memproduksi ragam jenis sayuran.
” Soal pupuk, sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia tapi memanfaatkan sisa kotoran ternak hewan yang dipelihara tetangga,” Timpalnya.
Sang istri yang melakukan kreativitas dengan bercocok tanam, Suaminyapun juga melakukan kreativitas pada segmen yang berbeda.
Suami Kasmariah Abdul Gaffar yang berprofesi sebagai penyuluh agama tak ingin tinggal diam namun mengisi waktu senggang dengan beternak itik.
” kami mencoba beternak dengan 200 ekor tahap awal dan Alhamdulilah saat ini sudah mulai bertelur, tentu ini satu kesyukuran karena di tengah Pandemi ini Tuhan masih bisa memberi Rezeki yang lebih dengan bercocok tan.dan beternak,” Simpul penyuluh agama ini.|asd